PADA abad ke-21 sekarang ini, setiap peserta
didik/konseli dihadapkan pada situasi kehidupan yang kompleks, penuh
dengan tekanan, paradoks, dan tidak menentu. Dalam konstelasi kehidupan
tersebut setiap peserta didik/konseli memerlukan berbagai kompetensi
hidup untuk berkembang secara efektif, produktif, dan bermaslahat bagi
diri sendiri dan lingkungannya. Pengembangan kompetensi hidup memerlukan
sistem layanan pendidikan di sekolah yang tidak hanya mengandalkan
layanan pembelajaran mata pelajaran/bidang studi dan manajemen, tetapi
juga layanan khusus yang lebih bersifat psikopedagogik, yakni melalui
bimbingan dan konseling.
Berbagai aktivitas bimbingan dan
konseling dapat diupayakan untuk mengembangkan potensi dan kompetensi
hidup peserta didik/konseli yang efektif serta memfasilitasi mereka
secara sistematik, terprogram, dan kolaboratif agar setiap peserta
didik/konseli betul-betul mencapai kompetensi perkembangan atau pola
perilaku yang diharapkan. Di samping itu, bimbingan dan konseling
membantu peserta didik/konseli dalam memilih, meraih dan mempertahankan
karier untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera lahir
batin.
Dalam mewujudkan maksud di atas, satuan pendidikan diupayakan
memfasilitasinya melalui bimbingan dan konseling yang memandirikan oleh
guru bimbingan dan konseling atau konselor. Ini berarti bimbingan dan
konseling merupakan bagian integral dari program pendidikan.
Guru
bimbingan dan konseling atau konselor bekerja dalam tim bersama guru
mata pelajaran, ketua atau koordinator kelompok guru (normatif, adaptif,
keahlian/produktif), kepala sekolah, dunia usaha dan industri, orang
tua, dan masyarakat. Tujuannya untuk menciptakaan kondisi belajar
kondusif, yang akan membantu semua peserta didik/konseli mencapai
perkembangan optimal dan berhasil dalam kehidupan masa depannya.
Saat
ini, peserta didik/konseli berhadapan dengan tantangan-tantangan yang
unik dan bervariasi, yang berdampak terhadap perkembangan pribadi,
sosial, belajar, dan karir mereka. Untuk membantu peserta didik/konseli
menjadi generasi yang siap menghadapi kondisi tersebut dibutuhkan
dukungan berbagai pihak secara sinergis, termasuk di dalamnya guru
bimbingan dan konseling atau konselor.
Setiap peserta didik/konseli
harus terpenuhi berbagai kebutuhannya, sejalan dengan perkembangan dan
tantangan yang pesat dalam menjalani kehidupannya. Masa bersekolah
merupakan waktu yang terbaik bagi peserta didik/konseli untuk
mengembangkan jati diri (identitas) sebagai pribadi yang unik dan
efektif, pembelajar sepanjang hayat, insan yang produktif, dan manusia
yang hidup harmonis dalam keragaman. Pengembangan jati diri tersebut
dapat diupayakan dalam program bimbingan dan konseling melalui layanan
bimbingan dan konseling pribadi, belajar, karir, dan sosial.
Program
bimbingan dan konseling memberikan layanan yang terintegrasi dengan
program pengembangan semua aspek hidup peserta didik/konseli di sekolah.
Bimbingan dan konseling diselenggarakan untuk mengidentifikasi
kebutuhan bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir yang merupakan
aktivitas esensial dalam menghadapi rintangan dalam mencapai prestasi
sesuai potensi masing-masing peserta didik/konseli. Oleh karena itu,
empat (4) pemenuhan kebutuhan, pribadi, sosial, belajar, dan karir
merupakan kunci keberhasilan bagi keberhasilan hidup peserta
didik/konseli selanjutnya.
Kebutuhan kehidupan saat ini
menghendaki adanya peranan layanan bimbingan dan konseling yang
komprehensif pada satuan pendidikan, mengingat kompleksitas dan
keragaman program pendidikannya. Sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik/konseli, kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling
semakin mendesak. Ekspektasi kinerja guru bimbingan dan konseling atau
konselor berbeda dengan guru mata pelajaran pada satuan pendidikan.
Dengan kata lain, guru bimbingan dan konseling atau konselor juga perlu
berperan-serta secara produktif di sekolah.
Penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu dan efektif mengintegrasikan tiga komponen
sistem pendidikan yang meliputi komponen manajemen dan kepemimpinan,
komponen pembelajaran yang mendidik, serta komponen bimbingan dan
konseling yang memandirikan. Ketiga komponen tersebut memiliki wilayah
garapan sendiri-sendiri yang saling melengkapi dalam upaya tercapainya
tujuan pendidikan nasional.
Kita ketahui bersama bahwa kita
sekarang memasuki era baru, yakni Era Revolusi Industri 4.0. Era di mana
terjadi perubahan besar-besaran melalui kemajuan teknologi yang
ditandai oleh hadirnya kecerdasan buatan dan era digital yang terjadi di
berbagai bidang. Perubahan pada era ini memiliki dampak hampir di
seluruh aspek kehidupan manusia, baik aspek sosial, budaya, ekonomi dan
tak lupa aspek diri seseorang atau pribadi. Perubahan ini tidak hanya
terjadi pada kalangan dewasa, remaja tetapi tak lain juga terjadi pada
anak usia Taman Kanak-kanak (TK) maupun Sekolah Dasar (SD).
Era
revolusi industri 4.0 juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Banyak
perubahan sikap yang dialami siswa yang notabene adalah generasi
milenial yang sudah tidak asing lagi dengan dunia digital dan mereka
telah terbiasa dengan arus informasi dan teknologi.
Sikap-sikap
yang muncul antara lain kecanduan gadget, cyber bullying, atau bahkan
turunnya moral atau akhlak. Sudah sepatutnya guru dan guru BK harus
berkolaborasi memikirkan upaya yang tepat dalam menghadapi
perubahan-perubahan perilaku siswa di era 4.0. Apabila keadaan ini tidak
segera ditangani dengan serius, maka akan berdampak pada hancurnya
sikap, moral, dan akhlak siswa. Tak jarang kita menemukan masalah
tersebut dalam dunia pendidikan.
Pentingnya guru dan guru BK
dalam penguatan pendidikan karakter terhadap siswa akan berdampak pada
kehidupan nanti sebagai penerus bangsa yang akan bijaksana dalam
menggunakan teknologi sebagai bagian dari revolusi industri. Lingkungan
sekolah salah satu penentu keberhasilan siswa. seorang guru dan guru BK
harus memiliki hubungan yang baik terhadap siswanya. Tugas seorang guru
BK adalah melakukan asesmen dan diagnostik.
Asesmen di sini
dapat diartikan adalah penilaian. Seorang guru BK memberikan penilaian
terhadap siswa yang mulai dirasa memiliki gangguan candu gadget, cyber
bullying, atau bahkan turunnya moral atau akhlak. Dan seorang guru BK
melakukan diagnostik untuk menemukan cara menanganannya melalui
analisis-analisis yang telah dilakukan pada proses asesmen.
Seorang
guru dan guru BK harus bisa mengenali siswanya secara mendalam dengan
melakukan wawancara atau interaksi dengan tanya jawab ringan. Mengamati
tingkah laku setiap siswanya dengan memiliki catatan kegiatan siswa.
Dengan begitu guru dan guru BK dapat menangani masalah yang timbul.
Karena dalam pendidikan karakter di era revolusi industri 4.0 harus
mencerminkan sikap keselarasan antara kejujuran, tanggung jawab,
mandiri, moral, akhlak dan kecerdasan.
Guru BK tidak hanya
dituntut untuk menangani kenakalan remaja di sekolah. Namun jauh lebih
dari itu, guru BK harus mampu membantu siswa dalam mencapai karirnya,
berperan aktif dalam pengembangan jiwa sosial siswa dan pemberian
problem solving kepada siswa yang membutuhkan.
Tuntutan itulah
yang membuat guru BK masa kini meng-upgrade self capacity-nya dalam
menjalankan role-nya di era revolusi industri 4.0 ini. Seperti yang kita
ketahui revolusi membawa dampak yang besar bagi peradaban manusia, dan
termasuk di dalamnya adalah anak-anak dan remaja.
Revolusi 4.0
juga akan berdampak terhadap disrupsi teknologi, hukum, ekonomi,
pendidikan, pertanian serta kehidupan sosial lainnya, termasuk sektor
pendidikan. Penanggulangani disrupsi di bidang pendidikan dari berbagai
jenjang serta tingkat memerlukan kreativitas pendidik dan tenaga
kependidikan lainnya, termasuk di dalamnya Guru BK/Konselor Sekolah
dalam menyiapkan peserta didik/konseli yang berkembang secara optimal di
era milinium 4.0.
Sebagian besar siswa di sekolah dewasa ini,
telah memanfaatkan teknologi informasi melalui internet dalam kehidupan
sehari-hari. Apabila diamati lebih lanjut, sebagian siswa pengguna
internet tersebut mengalami kesulitan melakukan aktivitas yang mendukung
perkembangannya. Sebagian siswa mudah terpengaruh yang selanjutnya
memunculkan tindakan pelanggar aturan, etika dan moral.
Berdasarkan
uraian tersebut menarik dibahas lebih lanjut melalui tulisan ini
bagaimana inovasi dan kreativitas Guru Bk/Konselor Sekolah dalam
menghadapi dampak revolusi industri 4.0. Pengungkapan permasalahan
tersebut bermanfaat untuk merumuskan pola baru dalam pengembangan
pelayanan bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan peserta didik
di era milinium 4.0.
Menurut pendapat Mardiana (2011: 7),
generasi digital natives mengganggap perangkat komunikasi teknologi
komputer sebagai bagian integral dari kehidupannya. Seorang individu
yang lahir pada abad digital, tumbuh dan memperoleh pendidikan pada
tingkat sekolah dasar dengan menggunakan perangkat komputer, seperti:
kuiz interaktif online, video games, handphone, internet, e-mail. Oleh
karena itu pembahasan ini difokuskan pada generasi Z.
Menurut
Susana (2012: 57), generasi Z disebut juga Generation Net dengan
ciri-ciri sebagai berikut: (a) memiliki akses yang cepat terhadap
informasi dari berbagai sumber, (b) dapat mengerjakan beberapa hal dalam
waktu bersamaan (multitasking), (c) lebih menyukai hal-hal yang
bernuansa atau bernapaskan multimedia, (d) lebih menyukai berinteraksi
melalui dunia maya, jejaring sosial (Facebook, Twitter, Yahoo Messenger,
hingga BBM), dan (e) dalam belajar, lebih menyukai hal-hal yang
bersifat aplikatif dan menyenangkan.
Djiwandono (dalam Susana,
2012: 69) menyatakan bahwa generasi Z mempunyai kecenderungan gaya
belajar aktif, global, sensing, dan visual. Pembelajar aktif mudah
belajar dengan melakukan sendiri apa yang sedang dipelajari. Global
berarti individu cenderung belajar dengan cara melompat-lompat, menyerap
materi secara random tanpa melihat keterkaitan antara yang satu dengan
yang lain, dan tiba-tiba bisa mendapatkan sesuatu.
Pembelajar
global juga cenderung mampu mengatasi masalah yang kompleks secara cepat
atau merangkai segala sesuatu dengan cara baru ketika mereka dapat
meraba gambaran besarnya, tetapi mungkin sulit menjelaskan bagaimana
prosesnya. Gaya belajar generasi digital yang kehidupannya sarat dengan
interaksi lewat berbagai media virtual seperti ponsel dan internet. Gaya
hidup generasi X dan Y berhadapan dengan isu workaholic, gaya hidup
anak-anak generasi Z nantinya akan diwarnai sikap speedaholic
(segala-galanya diukur dengan kecepatan, siapa cepat dia dapat) dan
winaholic (berlomba-lomba mengalahkan lawan) dan persaingan memburu
karier (Susana, 2012: 58). Perilaku belajar generasi Z adalah sikap
minimalis, pragmatis, dan ketergantungan pada google atau yahoo setiap
kali menghadapi tugas dan masalah (Kemenristikdikti, 2018).
Karakteristik
Guru BK di Era Revolusi Industri 4.0 adalah digital immigrant, karena
kemampuan menggunakan ICT dampak dari studi lanjut atau bekerja
(Mardiana, 2011: 7). Perubahan karakter masyarakat secara fundamental
sebagaimana terjadi pada era Revolusi Industri 4.0 pada abad 21 tentu
berimplikasi terhadap karakteristik guru termasuk guru BK
(Kemenristekdikti, 2018). Jika masyarakat pada era Revolusi Industri 4.0
ini berubah ke masyarakat digital, maka guru BK juga perlu segera
mentransformasikan diri, baik secara teknik maupun sosio-kultural.
Menurut
Kemenristekdikti (2018), karakteristik guru BK yang mampu
mentransformasikan diri di era Revolusi Industri 4.0 sebagai berikut:
(a) meningkatkan minat baca dan menambah koleksi buku; (b) mampu menjadi
fasilitator, motivator dan inspirator; (c) mengunggah karya-karya
tulisnya yang berkontribusi bagi upaya peningkatan kualitas layanan
bimbingan dan konseling; (d) menerapkan pola hybrid learning (kombinasi
tatap muka dan online) dan multitasking secara kreatif dan inovatif
untuk meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling; dan (e)
menerapkan pendekatan konstruktivistik berbasis ICT.
Menurut pendapat Alaydrus (2017) karakteristik guru BK di era Revolusi Industri 4.0 sebagai berikut:
a.
Life-long learner. Pembelajar seumur hidup. Guru BK perlu meng-upgrade
terus pengetahuannya dengan banyak membaca serta berdiskusi dengan
pengajar lain atau bertanya pada para ahli. Tak pernah ada kata puas
dengan pengetahuan yang ada, karena zaman terus berubah dan guru BK
wajib up to date agar dapat mendampingi siswa berdasarkan kebutuhan
mereka.
b. Kreatif dan inovatif. Siswa yang kreatif
lahir dari guru BK yang kreatif dan inovatif. Guru diharap mampu
memanfaatkan variasi sumber belajar untuk menyusun kegiatan baik di
dalam kelas maupun di luar kelas.
c. Mengoptimalkan
teknologi. Dengan cara blended learning, gabungan antara metode tatap
muka tradisional dan penggunaan digital dan online media.
d.
Reflektif. Guru BK yang reflektif adalah guru BK yang mampu menggunakan
penilaian proses dan hasil layanan untuk meningkatkan kualitas layanan
bimbingan dan konseling.
e. Kolaboratif. Guru BK
dapat berkolaborasi dengan siswa dalam layanan bimbingan dan konseling.
Selalu ada mutual respect dan kehangatan sehingga layanan bimbingan dan
konseling berlangsung lebih menyenangkan. Selain itu guru BK juga
membangun kolaborasi dengan orang tua melalui komunikasi aktif dalam
memantau perkembangan anak.
f. Menerapkan student
centered. Dalam hal ini, siswa memiliki peran aktif dalam pembelajaran
sehingga guru hanya bertindak sebagai fasilitator.
g.
Menerapkan pendekatan diferensiasi. Dalam menerapkan pendekatan ini,
guru BK mendesain layanan bimbingan dan konseling berdasarkan gaya
belajar siswa, pengelompokkan siswa berdasarkan minat, kemampuan dan
permasalahannya. Dalam melakukan penilaian guru BK menerapkan assessment
alternative.
Guru BK di era ini mesti harus selalu update
terhadap perkembangan teknologi, informasi dan selalu mengembangkan
sikap terbuka dalam menerima masukan untuk meningkatkan kompetensi dan
kemampuan dalam mendidik dan membimbing peserta didik untuk masa
depanya.